1. Serangan AS ke Irak:
Perang Irak (tahun 2003–2011), yang dikenal juga dengan istilah Pendudukan Iraq, Perang Teluk II, Perang Teluk III, atau, oleh Amerika Serikat, Operasi Pembebasan Irak, dimulai dengan invasi Irak pada tahun 2003. Okupasi yang kemudian dilakukan oleh pasukan koalisi pimpinan Amerika Serikat dan Britania Raya mengakibatkan berlanjutnya peperangan antara para pemberontak dengan pasukan koalisi. Tentara Baru Irak lalu dibentuk untuk menggantikan tentara lama Irak setelah dibubarkan oleh koalisi, dan diharapkan tentara baru ini akan mengambil alih tugas-tugas koalisi setelah mereka pergi dar Irak.
Sebelum invansi dilaksanakan, pemerintah Amerika Serikat dan Britania Raya menuduh Irak sedang berusaha membuat senjata pemusnah masal yang mengancam kemanan nasional mereka, koalisi, dan sekutu regional. Pada tahun 2002, Dewan Keamanan PBB mengeluarkan Resolusi 1441 yang mewajibkan Irak untuk bekerjasama sepenuhnya dengan inspektur senjata PBB guna membuktikan bahwa Irak tidak berada dalam suatu usaha membuat senjata pemusnah masal. Hans Blix, pemimpin dari tim inspeksi senjata yang dikirim, mengatakan bahwa tidak ditemukan senjata pemusnah masal dan Irak telah bekerja sama dengan aktif, akan tetapi, dibawah ketentuan-ketentuan tertentu dan penundaan-penundaan.
Di antara peperangan yang terjadi antara para pemberontak, koalisi, dan tentara baru Irak, perang saudara antar kelompok mayoritas Syi'ah dan minoritas Sunni masih berlanjut sampai sekarang. Sebab dan akibat terjadinya perang ini sampai kini masih kontroversial.
Pada tanggal 15 Desember 2011, Perang Irak dinyatakan berakhir, ditandai dengan pernyataan penutupan misi militer pasukan Amerika Serikat di Irak oleh Menteri Pertahanan Amerika Serikat Leon Panetta
-----------------------
Tanggal mulai invasi: 18 Maret 2003 - 15 Desember 2011
Lokasi: Irak
Hasil Konflik masih berlanjut
• Jatuhnya Partai Baath dan Saddam Hussein.
• Pendudukan Irak oleh pasukan koalisi.
• Munculnya pemberontak Irak dan kekerasan antar kelompok di Irak.
• Pemilihan pemerintah Irak yang baru.
Kasus: Tuduhan resmi bahwa Saddam Hussein memiliki senjata pemusnah masal dan terlibat dengan teroris al-Qaeda telah terbukti salah. Motif lain adalah tuduhan melanggar resolusi PBB, kebijakan yang menindas rakyat Irak, dan percobaan pembunuhan terhadap George H. W. Bush.
Pihak Terlibat:
Pasukan perlawanan :
Baath Irak
Loyalis partai Baath
Al-Qaeda di Irak
Tentara Mahdi
Pemberontak lainnya
Vs
Pasukan koalisi:
Amerika Serikat
Tentara Baru Irak
Suku Kurdi
Sumber: Wikipedia Indonesia
--------------------------------------------
2. Serangan AS ke Afghanistan:
Perang Afganistan (2001-sekarang) dimulai pada Oktober 2001. Setelah serangan WTC 11 September, Amerika Serikat memulai kampanye Perang Melawan Terorisme mereka di Afganistan, dengan tujuan menggulingkan kekuasaan Taliban, yang dituduh melindungi al-Qaeda, serta untuk menangkap Osama bin Laden. Aliansi Utara Afganistan menyediakan mayoritas pasukan, dengan dukungan dari Amerika Serikat dan negara-negara NATO antara lain Britania Raya, Perancis, Belanda, dan Australia. Nama kode yang diberikan oleh Amerika Serikat untuk konflik ini adalah Operasi Kebebasan Abadi (Operation Enduring Freedom).
'Serangan AS ke Afghanistan Salah Alamat':
Presiden Amerika Serikat, Barack Obama memutuskan menarik semua pasukannya dari Afghanistan pada 2014 mendatang. Sayangnya, rencana itu tidak mudah.
Soalnya, Negeri Paman Sam yakin kelompok teroris masih kuat membayangi situasi politik di Kabul dan provinsio-provinsi lain di Afghanistan, termasuk di Helmand.
Namun, tudingan Amerika itu dipandang aneh Presiden Afganistan, Hamid Karzai. Menurut Karzai, situasi negaranya justri semakin kacau jika pasukan asing masih gemar memuntahkan peluru di Helmand dan wilayah-wilayah Afganistan lainnya.
Provinsi Helmand, kata dia tidak serumit sekarang yang dijejali puluhan ribu pasukan asing. Situasi tersebut berbeda sebelum 2006.
Helmand enam tahun lalu, tidak memerlukan senjata. Mantan pasukan Taliban era 1980-an ini malah menilai serangan NATO selama ini adalah salah alamat.
"Apakah mereka merasa terpenuhi dengan tujuan memerangi terorisme dan melemahnya Alqaidah. Atau mereka merasa bertempur di tempat yang salah, lalu berhenti dan pergi," ujar dia saat bersama Presiden Pakistan Asif Ali Zardari, dan Perdana Menteri Inggris David Cameron, seperti dikutip Guardian, Senin (4/2).
Karzai berpendapat, meningkatnya hubungan Afganistan dan Pakistan dapat memberikan keamanan, dan kestabilan di negaranya dan regional. Selama ini, Pemerintahan Islamabad tidak akur dengan Pemerintahan di Kabul.
Keduanya saling curiga siapa yang sebenarnya melindungi dan mempersenjatai kelompok kekerasan di sepanjang perbatasan bagian selatan dan utara kedua negara. Tetapi kecurigaan reda dalam setahun belakangan.
Afiliasi politik keduanya, telah memperlemah perlawanan Taliban. Kelompok garis keras itu berada diantara tengah-tengah ke dua negara.
"Tapi saya tidak akan menyalahkan. Apa pun yang terjadi adalah masa lalu, dan sekarang kita melihat ke depan untuk masa depan," kata Karzai mengakhiri.
NATO Bikin Afghanistan Semakin Kacau:
Keberadaan NATO di Afghanistan dinilai malah membuat negara itu semakin kacau.
Presiden Afganistan, Hamid Karzai menilai keberadaan pasukan asing tidak punya pengaruh banyak dalam situasi keamanan di negara yang dipimpinnya. Pasukan asing, menurutnya telah berperang di tempat yang salah selama ini.
Contohnya perang yang terjadi di Provinsi Helmand. Menurut Karzai provinsi di wilayah selatan itu lebih aman sebelum kedatangan pasukan asing.
Karzai menunjuk asing telah mengundang ketidakstabilan yang lebih berbahaya terhadap negaranya.
"Afganistan hanya akan tentram jika unsur eksternal yang menciptakan peperangan dan pelanggar hukum dapat terlibat dalam pembicaraan," kata dia saat bersama Presiden Pakistan Asif Ali Zardari, dan Perdana Menteri Inggris David Cameron, seperti dikutip Guardian, Senin (4/2).
Pernyataan Karzai adalah sinyal kesekian kali agar pasukan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) segera hengkang dari Afghanistan. Karzai tidak melihat adanya perubahan signifikan dengan masih bercokolnya pasukan asing. Yang terjadi, justru sebaliknya.
Pasukan NATO yang dikomandani Amerika Serikat (AS) menginvansi Afganistan pada 2001. Serangan itu menyusul keterlibatan Pemerintahan Taliban di Afganistan atas perstiwa rontoknya Gedung World Trade Center (WTC) di New York di tahun tersebut.
George Bush, Presiden AS, ketika itu menuding rezim Mullah Mohammed Omar, di Ibu Kota Kabul, sebagai antek terorisme yang melindungi jaringan teror internasional Alqaidah pimpinan Usamah bin Laden.
Alqaidah adalah aktor dibalik runtuhnya Gedung Kembar di Kota Manhattan itu. AS menggulingkan rezim Taliban dengan cara militer. Dan Karzai menggantikan peran presiden di tahun invansi tersebut.
Namun pascapenggulingan Taliban, hingga saat ini, ratusan ribu pasukan asing masih bertahan di negerinya. Alasannya tetap serupa, untuk memerangi sisa-sisa perlawanan teroris.
---------------------------------
3. Serangan AS ke Vietnam:
Perang Vietnam, juga disebut Perang Indochina Kedua, adalah sebuah perang yang terjadi antara 1957 dan 1975 di Vietnam. Perang ini merupakan bagian dari Perang Dinginantara dua kubu ideologi besar, yakni Komunis dan Liberal.
Dua kubu yang saling berperang adalah Republik Vietnam (Vietnam Selatan) dan Republik Demokratik Vietnam (Vietnam Utara). Amerika Serikat yang menjadi promotor bersama Korea Selatan, Thailand, Australia, Selandia Baru dan Filipina bersekutu dengan Vietnam Selatan, sedangkan Uni Soviet dan Tiongkok mendukung Vietnam Utara yang merupakan negara komunis.
Jumlah korban yang meninggal diperkirakan adalah 280.000 di pihak Selatan dan 1.000.000 di pihak Utara.
Perang ini mengakibatkan eksodus besar-besaran warga Vietnam ke negara lain, terutamanya Amerika Serikat, Australia dan negara-negara Barat lainnya, sehingga di negara-negara tersebut bisa ditemukan komunitas Vietnam yang cukup besar.
Setalah berakhirnya perang ini, kedua Vietnam tersebut pun bersatu pada tahun 1976. Salah satu korban paling terkenal dari Perang Vietnam adalah Kim Phuc.
Beberapa peristiwa:
• 9 Februari 1965 - Pasukan kombat Amerika Serikat pertama dikirim ke Vietnam Selatan.
• 30 Januari 1968 - Serangan Tet.
• 5 Februari 1968 - Pertempuran Khe Sanh dimulai.
• 11 Februari 1973 - Tahanan perang Amerika Serikat pertama dibebaskan oleh Viet Cong.
• 27 Februari 1973 - Persetujuan Damai Paris secara resmi mengakhiri Perang Vietnam.
• 29 Maret 1973 - Pasukan terakhir Amerika Serikat meninggalkan Vietnam Selatan.
Indonesia Penyebab Amerika Kalah perang di Vietnam:
Beberapa pimpinan gerilyawan Vietkong mengatakan bahwa mereka membaca buku “Pokok-Pokok Perang Gerilya” karangan Jendral AH Nasution dan menjadikannya pedoman mereka dalam menetapkan strategi...
Banyak orang tahu Amerika kalah perang di Vietnam. Tapi yang tidak banyak orang tidak tahu adalah, salah satu sebab Amerika kalah di Vietnam adalah Indonesia. Kok bisa?
Amerika adalah negara terkuat di dunia selama beberapa abad belakangan ini. Kuat di bidang ekonomi, kuat di bidang militer. Sekedar untuk menggambarkan kekuatan militernya, kita bisa melihat dua fakta: Pertama, penerimaan devisa nomor satu di Amerika adalah dari ekspor senjata, baru kemudian dari ekspor film.
Kedua, PENTAGON, Departemen Pertahanan Amerika Serikat adalah institusi pemegang hak cipta terbanyak di dunia. Kebanyakan penemuannya adalah di bidang persenjataan. Artinya, persenjataan Amerika sudah terbukti paling berkembang di dunia. Dua fakta ini menunjukkan betapa kuatnya Amerika. Akan tetapi dengan segala kekuatan ini, Amerika kalah di Vietnam. Setidaknya dari 2,7 juta orang Amerika yang bertugas dari Vietnam tercatat 58.159 orang tewas, 1.719 hilang, dan 303.635 orang luka-luka (wikipedia). Memang jumlah ini lebih sedikit dari jumlah orang Vietnam yang tewas, tapi hengkangnya Amerika dari wilayah Indo Cina tersebut jelas-jelas merupakan fakta sejarah bahwa Amerika kalah dalam perang Vietnam. Lalu apa hubungannya dengan Indonesia?
Tentara Amerika kalah dalam perang Vietnam karena tidak mampu menghadapi serangan gerilyawan Vietcong. Gerilyawan Vietcong sangat mengusai medan pertempuran di hutan-hutan. Mereka sangat menguasai teknik perang bergerilya. Lalu darimana gerilyawan Vietkong belajar perang gerilya yang hasilnya menang perang lawan Amerika? Disinilah hubungannya perang Vietnam dan Indonesia. Beberapa pimpinan gerilyawan Vietkong mengatakan bahwa mereka membaca buku “Pokok-Pokok Perang Gerilya” karangan Jendral AH Nasution dan menjadikannya pedoman mereka dalam menetapkan strategi. Nasution adalah salah seorang dari 3 Jenderal Besar bintang 5 di Indonesia.
Vietcong tidak berpatokan pada Mao Tse Tung yang juga ahli perang gerilya karena kondisi alam dan masyarakatnya berbeda. Kondisi alam dan masyarakat yang paling mirip dengan Vietnam adalah Indonesia dan itu ada dalam buku karangan Nasution (Dr. Salim Said dan Saleh A Djamhari –sejarawan UI- mengatakan hal ini dalam beberapa seminar). Jadi tidak berlebihan kalau dikatakan, Amerika kalah perang (salah satunya) karena Indonesia.
4. Serangan AS ke Libya:
Amerika Serikat dan sekutunya akhirnya melancarkan serangan ke sejumlah pos pertahanan udara Libya. Pada serangan tahap pertama tersebut, sedikitnya 112 rudal ditembakkan sejumlah kapal perang dan kapal selam milik Amerika Serikat dan Inggris.
Sebanyak 20 fasilitas pertahanan milik Muammar Khadafi menjadi sasaran rudal-rudal Tomahawk itu. Tujuannya, demi membersihkan area agar patroli angkatan udara bisa mendarat.
Associated Press, Minggu, 20 Maret 2011 mengabarkan, seorang pejabat senior dari Departemen Pertahanan AS menyebutkan, meski dampak pengeboman belum diketahui, pihaknya yakin dengan akurasi rudal jelajah milik pasukan kedua negara itu. Sejumlah fasilitas pertahanan udara Libya diperkirakan mengalami banyak kerusakan.
Sebelum serangan dilancarkan, Presiden Amerika Serikat, Barack Obama telah memberikan ultimatum kepada pemimpin Libya Muammar Khadafi. Obama mengancam, jika Khadafi tidak menghentikan serangan pada warga sipil, ia akan menghadapi serangan militer.
“Kini bukan saatnya negosiasi,” kata Obama. “Jika Khadafi tidak menaati resolusi Dewan Keamanan PBB, komunitas internasional akan memaksakan resolusi lewat aksi militer,” ucapnya.
Meski demikian, tidak seluruh negara pemilik hak veto mendukung langkah yang diambil Amerika Serikat dan sekutunya. Rusia dan China, yang merupakan dua negara anggota tetap Dewan Keamanan PBB lainnya menentang langkah tersebut. Demikian pula India dan Brasil yang tidak mempunyai hak veto.
Dari Uni Eropa, muncul pula ketidaksepakatan. Pemerintah Jerman khawatir, aksi militer justru hanya akan memperparah situasi.
Di saat yang sama, Hugo Chavez, Presiden Venezuela menuduh Amerika Serikat ingin mengamankan minyak Libya. “Mereka tidak mempedulikan nyawa orang lain di kawasan tersebut,” tuduh Chavez, seperti dikutip dari CNN, 20 Maret 2011.
5. Serangan AS ke Suriah ?????? akankah terjadi ??? :
Amerika Serikat (AS) mengaku telah mendapatkan dukungan dari sejumlah negara untuk melakukan intervensi militer ke Suriah. Demikian bunyi pernyataan yang dikeluarkan Gedung Putih, Senin (9/9/2013).
“Empat belas negara lainnya telah menandatangani pernyataan yang mengutuk Suriah atas serangan senjata kimia pada 21 Agustus lalu dan menyerukan respons internasional yang kuat untuk meminta pertanggungjawaban Pemerintah Suriah,” sebut pernyataan Gedung Putih, seperti dikutip dari Reuters.
“Tambahan negara ini menjadikan jumlah total pendukung pernyataan menjadi 25, karena AS mencoba untuk mengumpulkan dukungan internasional untuk serangan militer terhadap Suriah. Negara-negara baru tersebut termasuk Uni Emirat Arab dan Qatar,” lanjut pernyataan Gedung Putih.
Saat ini, Presiden AS Barack Obama masih menunggu otoritas dari Senat AS untuk melakukan serangan ke Suriah. Senat AS sendiri baru akan melakukan pemungutan suara pertama soal serangan ke Suriah pada Rabu (11/9/2013).
Untuk mendapatkan otorirasi serangan ke Suriah, Obama harus mendapatkan setidaknya 60 suara dari total 100 suara di Senat AS. Saat ini, Partai Demokrat memang mendominasi Senat AS, namun tetapi tidak bisa dipastikan apakah Obama akan mendapatkan minimal 60 suara dukungan.
Sementara Dewan Keamanan PBB sendiri tak mengeluarkan resolusi untuk serangan AS ke Suriah. Hal ini disebabkan, salah satu anggota tetap DK PBB yang juga pendukung utama rezim Suriah, yakni Rusia, memveto usulan Inggris untuk intervensi militer ke Suriah.
Sumber: Wikipedia Indonesia, Republika.co.id , Sindonews.com , dsb.